Tangis Kehidupan Indian Amazon



Hiasan bulu dan tali di kepala warga suku Indian Amazon tidaklah mengurangi kecerdasan mereka dalam memanfaatkan busur dan anak panah. Sayangnya, mereka terancam punah.

Saat ini, suku Awa, kelompok nomaden yang tinggal jauh di dalam jantung Amazon, tampak putus asa melestarikan cara hidup tradisional. Kelompok ini sudah kalah perang melawan penebangan liar. Mirisnya, hanya ada 60 hingga seratus warga yang terasing dari dunia gemerlap.

Jika benar-benar terpengaruh kehidupan asing seperti penebang dan pemukim lainnya tanpa persiapan, maka besar kemungkinan mereka punah akibat penyakit. Wajar, sistem kekebalan tubuh suku ini berbeda dengan manusia normal.

“Penebang liar sudah menghancurkan seluruh negeri. Ini adalah tanah Indian. Saya marah, sangat marah kepada para penebang. Saya benar-benar marah,” kata salah satu warga Awa, Pire’i Ma’a kepada LSM Inggris Survival International.

“Tidak ada lagi cara bagi kami untuk berburu. Anak-anak saya kelaparan,” katanya lagi. Berdasarkan data terbaru, warga Awa terkena dampak paling besar dibandingkan suku Amazon lain, setelah deforestasi (penebangan liar) besar-besaran pada 2009.

Apalagi, rel yang dibangun 25 tahun lalu untuk menghubungkan kawasan penambangan Amazon dengan dunia luar, menekan kehidupan warga Awa dan hutan. Hewan, buah, biji-bijian dan bahan makanan lain tidak lagi tersedia dengan mudah bagi masyarakat terpenci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar