Ar-Ridhwan ‘Kibat’ Majelis Taklim di Bekasi

Semenjak didirikan pada tahun 1951, Majelis Taklim ar-Ridhwan menjadi acuan dan ‘kiblat’ dari majelis taklim yang ada di Bekasi. Hal ini dikarenakan majelis taklim yang terletak di Jalan Mawar Raya Kp.Bekasi Kidul, Margahayu, Bekasi, itu merupakan majelis tertua yang ada di Bekasi.


Majelis Taklim ar-Ridhwan didirikan oleh Habib Sholeh bin Abdullah al-Atas, yang berasal dari Yaman. Pada saat pertama kali datang ke Bekasi bersama kakeknya Habib Muhammad al-Atas, dia membangun masjid yang kini bernama Masjid al-Akhyar yang terletak sebelah selatan majelis, barulah dia membangun majelis.


Ketika itu, Habib Sholeh dan kakeknya menjadi salah satu penyebar agama Islam di Bekasi bersama KH. Noer Alie yang juga termasuk pahlawan nasoinal. Namun, sekitar tahun 90-an, setelah Habib Sholeh meninggal kemudian majelis tersebut diteruskan anaknya Habib Ali bin Sholeh al-Atas.


Menurut Habib Ali, majelis taklim ini berpaham ahli sunnah wal jamaah yang mengikuti Al-Quran, al-Hadits, dan ijmak (pendapat) para sahabat dan ulama terdahulu. “Semuanya sesuai dengan Al-Quran hingga ijmak sahabat dan ulama,” jelasnya.


Majelis taklim ini fokus kepada masalah ahlak, yang diambil dari kitab Adabul Ihsal fil Islam. Karena, lanjutnya, ahlak itu lebih penting ketimbang banyaknya ilmu yang kita punya. Namun, selain ahlak, ar-Ridhwan juga mengkaji tentang ilmu hadits, fikih dan sejarah Islam.


“Orang yang berilmu belum tentu berahlak melainkan orang berhalak sudah pasti berilmu,” tegasnya.


Habib Ali juga mengimbau, sebaiknya majelis taklim yang ada di Bekasi juga ikut berperan memperbaiki ahlak di daerahnya masing-masing. Bukannya berarti ilmu itu tidak penting, tapi kita coba melihat bagaimana Rasulullah menyebarkan Islam “Rasulullah diutus untuk menyempurnakan ahlak, bukan menyempurnakan shalat, haji dan zakat.” Ujarnya, yang kini sudah berusia 62 tahun.



Pengajian di ar-Ridhwan setiap Kamis, mulai pukul 10.30-12.00 WIB. Penagjian dimulai dengan membaca Ratib al-Atas karangan Habib Abdurahman al-Atas yang termasuk ulama berpengaruh dalam agama Islam, setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan kitab hingga waktu dzuhur.


Pengajian ini memakai metode ceramah, dan jamaah hanya mendengarkan saja atau biasa disebut istilah jiping (ngaji nguping). Namun, ada juga yang menulis di buku apa saja yang disampaikan para guru.


.Pengajian ini terdiri dari kaum laki-laki dan wanita, namun laki-laki dan perempuan ditempatkan terpisah. Biasanya yang mengaji, mereka yang sudah lanjut usia, tapi ada juga remajanya. Tak jarang juga para pejabat Pemkot Bekasi juga ikut serta belajar agama di ar-Ridhwan.


Ar-Ridhwan mempunyai dua cabang, cabang satunya lagi terletak di Jalan Bandeng, Bantar Gebang, Bekasi. Pengajian di sana berlangsung setiap Minggu, waktunya sama dengan yang di Margahayu.

Imam Husein

Tidak ada komentar:

Posting Komentar