Piramida Bukan Bukti Pusat Peradaban Atlantis

Ciri perabadan Atlantis itu pertanian dan peternakan, kata antropolog Stepen Oppenheimer

Gunung Sadahurip Garut (Credit: Turangga Seta) (Turangga Seta)

Antropolog Inggris asal Universitas Oxford, Stephen Oppenheimer, menilai piramida atau patung bukanlah bukti pusat peradaban Atlantis yang hilang. Menurut dia, ciri peradaban Atlantis adalah sistem pertanian dan peternakan.


Meskipun hingga kini, dia mengaku belum mendapatkan bukti kuat, sistem pertanian Indonesia menunjukkan kala itu Indonesia sebagai pemasok utama pangan kawasan tersebut.


"Indonesia memiliki banyak petani. Anda perlu banyak petani untuk memberi makan orang-orang di kota untuk membangun monumen besar, dasar peradaban di ladang, peternakan. Buku saya benar-benar adalah tentang bukti awal domestikasi atau akar peradaban, ketimbang monumen," kata dia di Kantor Presiden, Kamis 2 Februari 2012.


"Poin saya adalah, tanpa pertanian, domestikasi dan tanaman tumbuh dan hewan, Anda tidak akan bisa mencukupi kebutuhan hidup banyak orang," kata Oppenheimer.


Dengan demikian, menurut dia, sangat mungkin Indonesia adalah Atlantis yang hilang. Akan tetapi, dia tidak memiliki bukti yang kuat akan hal itu.



Dalam bukunya berjudul "Eden in the East" Oppenheimer menuliskan bahwa kepulauan di Indonesia dengan beberapa pulau negara-negara tetangga di Asia Tenggara awalnya satu, Benua Atlantis.


"Jika Anda membuka atlas, jika Anda melihat laut dangkal, jika Anda menggabungkan garis peta Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Ibaratkan itu dataran kering yang menghubungkan Kalimantan, Java, Bali, Sumatera, semenanjung Malaysia sekaligus dalam satu daratan," kata dia.


Belum Terbukti


Piramid dan monumen kuno, kata Oppenheimmer, tidak cukup meyakinkan sebagai bukti yang kuat peninggalan masa lalu. "Saya tidak menyangka, tetapi saya belum bisa mengiyakan sesuatu yang belum saya lihat," ujarnya.


Oppenheimmer lalu memaparkan, apa yang ditulisnya dalam "Eden in The East" hanya terkait Asia Tenggara yang merupakan satu lempeng benua yang menyatu.


"Jika Anda membuka atlas, jika Anda lihat laut dangkal, perhatikan Laut China Selatan, Laut Jawa, diibaratkan itu daratan kering. Itu menghubungkan Kalimantan, Jawa, Bali, Semenanjung Malaysia, semuanya bersama dalam satu daratan," ujarnya.



Menanggapi keraguan orang bahwa Atlantis yang hilang ada di Indonesia, dia mengaku tidak ingin turut ragu. "Saya tidak menyangkal bahwa Atlantis di Indonesia, tetapi saya tidak mengetahui buktinya, jadi saya diam saja," katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar