Sejarah Perayaan Maulid Nabi Muhamamad Saw

13285141411586886362

Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw sudah menjadi tradisi positif dimana-mana, khususunya di seluruuh pelosok nusantara. Tetapi, siapakah orang yang pertama kali merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw secara terang-terangan dan besar-besaran? Syeh Muhammad Ali Qudus[1] menjelaskan, bahwa orang yang pertama kali merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saew adalah Al-Malik Al-Mudoffar Abu Said dari Ibril.[2] Di mana beliau merayakannya pada bulan Rabiul Awal dengan perayaan yang sangat luar biasa. Sedangkan orang yang menulis seputar perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw adalah Al-Hafid Ibnu Dahiyyah dengan judul ‘’Al-Tanwir fi Maulidi al-Siraji al-Munir’’.[3] Kitab ini satu-satunya buku yang secara khusus membahasa tuntas masalah peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya, muncullah kitab-kitab baru yang merujuk pada di atas hingga sekarang.


Selanjutnya, Syeh Muhamamd Ali Qudus mengatakan bahwa merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw adalah perkara bid’ah, tetapi bidah yang bagus (Bidah Hasanah). Syeh Al-Imam Abu Samah Gurunya Imam Nawawi mengatakan:’’ dari sebagian perkara bid’ah yang berkembang di jaman sekarang ini (dulu) sebagaimana yang dilakuan oleh banyak orang setiap tahun yang bertepatan dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw, seperti; Sedekah dan amal kebaikan, menampakkan kebagiaan dan kegembiraan. Sesungguhnya yang demikian itu bagian dari perbuatan baik (ihsan) bagi orang-orang miskin yang merasakan atas rasa cinta kepada Nabi Muhammad Saw dan meng-agungkannya. Dan, juga wujud rasa Syukur atas kehadiran Nabi Muhammad Saw yang di utus oleh Allah Swt untuk memberikan rahmat kepada alam semesta.[4]



Ibnu Hajar-pun angkat bicara masalah ini, sebagaimana dalam sebuah pernyataan Syeh Muhammad Aloi Qudus bahwa Syeh Ibnu Hajar mengambil istimbath (pendapat) yang menyatakan bahwa Maulid Nabi Muhammad Saw bersumber pada Sunnah Nabi Saw. Beliau mengutip salah satu hadis Nabi Saw yang menjelaskan saat Nabi Saw menginjakkan kaki di kota suci Madinah, beliau Saw mendapatkan penduduk Madinah (Yahudi) sedang berpuasa bulan Al-Syura’.


Melihat orang-orang Yahudi berpuasa, lantas Nabi Muhammad Saw bertanya kepada mereka seputar puasa tersebut, kemudian mereka menjawab:’’ hari itu adalah hari tenggelamnya Firaun, dan hari keselamatan Nabi Musa as’’. Dan kami berpusa sebagai bentuk rasa Syukur atas keselamatan Musa as. Mendengar jawaban itu, Nabi Saw menjawab singkat:’’ kalau begitu, kami lebih berhak terhadap Nabi Musa dari pada kalian’’.


Hadis ini juga mengisyaratkan bahwa bersyukur terhadap anugerah Allah Swt pada waktu atau hari tertentu, atau terhadap kenikmatan yang begitu agung atas kehadiran Nabi Muhammad Saw. Bentuk rasa Syukur dengan cara merayakan Maulid Nabi Muhammad Saw, bisa dirayakan dengan bermacam-macam, seperti; memperbanyak sedekah, shlolat sunnah, rajin puasa sunnah, membaca al-Qur’an, bukan merayakan dengan perayaan yang dilarang oleh ajaran dan bertentangan dengan agama dan moralitas.[5]



[1] . Beliau adalah salah satu ulama asal Indonesia yang bermukim di Makkah al-Mukarramah pada tahun 1334-1280 H. Beliau juga menjadi Imam Masjidil Haram, yang sekaligus Ulama al-Haram yang sehari-hari mengajar di Masjid, sebagaimana ulama-ulama Nusantara yang sebagian besar adalah mengajar di Masjidil Haram, seperti; Syeh Nawawi Al-Bantani, Syeh Muhammad Mahfud Al-Turmusi, Syeh Arsad Al-Banjari, Syeh Muhamamd Yasin Al-Fadani, Sayyid Muhsin Al-Masawi al-Palambani, Syeh Abdul Kadir al-Mandili, Syeh Uhid Al-Bukhuri ( Lihat Naskah: Profil Pendidikan dan Intelektuala Indonesia di Tanah Suci Makkah (Abdul Adzim Irsad)

2] . Sebuah tempat di Irak yang terkenal dengan Ibukota ‘’Mousul’’.

3] . Syeh Muhammad Ali Qudus.1998. Kanzu al-Najah wa Al-Surur fi Adiyati Allati Tasrohu al-Sudur . hlm 44

[4] . Syeh Muhammad Ali Qudus. Hlm 45
[5]. Hlm 46
Abdul Adzim Kompas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar