Amish Bukanlah Suku Namun Komunitas

1334091012972816785

Hasilan pencarian dengan kata kunci




Tulisan tentang kehidupan Komunitas orang-orang Amish memang menjadi bahan menarik untuk dibagikan beberapa rekan kompasioner, tentu saja karena memang ditengah modernitas dunia barat rupanya masih ada kelompok orang-orang yang hidup secara tradisional. Dari apa yang saya temukan di Kompasiana rupanya sebagian besar masih menyebut orang-orang Amish sebagai Suku, termasuk Admin Kompasiana pun juga setuju dengan hal itu. Asumsi saya karena Admin mengijinkan tulisan itu menjadi HL :).




Pernah suatu kali saya mengomentari sebuah tulisan HL tentang Amish dan sang penulis pun menanggapi dengan positif dan setuju dengan komentar saya bahwa Amish merupakan sebuah komunitas bukan sebuah suku seperti yang kebanyakan penulis memakai istilah suku untuk menyebut mereka. Kenapa mereka disebut komunitas? secara mudah saya bisa berikan gambaran penjelasanya seperti ini untuk menjadi Amish adalah sebuah pilihan seseorang bisa masuk ke dalam komunitas itu, sedangkan untuk menjadi anggota suku tentunya kita harus dilahirkan dan bukan merupakan pilihan. Contohnya saya lahir dari orangtua Jawa dan berbahasa jawa makanya saya termasuk orang Jawa namun bisa juga saya bergabung ke dalam Komunitas Amish dan jadilah saya suku jawa dan juga orang Amish :), itu hanya gambaran saja dengan saya sebagai contohnya.


Untuk memperjelas pendapat saya berikut ini kutipan dari kamus besar bahasa Indonesia online:

http://bahasa.kemdiknas.go.id/

ko·mu·ni·tas n kelompok organisme (orang dsb) yg hidup dan saling berinteraksi di dl daerah tertentu; masyarakat; paguyuban;

desa Antr komunitas yg bersifat kedesa-desaan; – hutan bakau komunitas yg hidup di hutan bakau di daerah pantai; – kota Antr komunitas yg bersifat kekota-kotaan; – sastra kelompok atau kumpulan orang yg meminati dan berkecimpung dl bidang sastra; masyarakat sastra”

Suku : – bangsa kesatuan sosial yg dapat dibedakan dr kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan, khususnya bahasa”


Satu hal yang mencolok salah satunya adalah penggunaan bahasa, setiap suku paling tidak punya ciri khas bahasa sedangkan komunitas bisa memakai bahasa apapun.


Tulisan ini saya tujukan kepada Admin Kompasiana sebagai kritik terbuka semoga di lain kesempatan lebih teliti dalam memilih sebuah tulisan apakah benar-benar valid pengunaan istilah yang dipakai. Setidaknya admin bisa googling dulu atau tanya Wikipedia seperti di sini (http://en.wikipedia.org/wiki/Amish) :). Sedangkan bagi para penulis yang sudah terlanjur menyebut mereka dengan istilah ’suku’ maka tanpa mengurangi rasa hormat sudah menuliskan pengalamannya yang luarbiasa maka tulisan ini juga menjadi komentar & koreksi. Demikianlah pendapat saya yang kebetulan tinggal di desa dan bertetangga dengan komunitas orang-orang Amish.



berikut beberapa gambar yang saya ambil secara sembunyi-sembunyi dari dalam toko:

1334090768175967268 13340911131642608683

Gustim Berkahi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar