Bulan itu berarti Pikiran, Air itu berarti ketenangan, Mekarnya Teratai berarti lambang kehidupan.
Candi Borobudur dibangun oleh tiga hal tersebut : Bulan, Danau dan Teratai. Arsitek borobudur adalah Gunadharma, membangun Borobudur sebagai bangunan terindah pada masanya, dulu Borobudur dibangun di tengah danau, danau itu adalah danau purba, danau yang melingkari dataran Kedu.
Suatu saat Gunadharma didatangi sang Guru yang bernama Arimpala, ia ahli arsitek India. Disana Gunadharma arsitek muda Jawa itu belajar tentang susunan batu-batu. Gunadharma berpikir bahwa alam akan menyatukan pikiran dalam bangunan.
Di Usia 42 tahun, Gunadharma diangkat menjadi kepala urusan tata kota kerajaan Syailendra yang saat itu baru saja memenangkan pertempuran dengan kerajaan Mataram Kuno dan membangun kota baru di sekitar bukit Menoreh. Gunadharma diperintahkan untuk membangun candi yang akan dijadikan pusat-nya dunia.
Kerajaan Syailendra pada masanya memegang hak kuasa jalur perdagangan di seluruh pesisir Jawa dan Sumatera. Juga merupakan kerajaan terkaya di wilayah Selatan Dunia. Kerajaan Syailendra bahkan memiliki perwakilan dagang sampai ke Yunani.
Adalah sebuah mangkok putih yang bernama Cempalatupa yang dijadikan inspirasi atas bentuk lereng dan stupa candi borobudur. Suatu saat Gunadharma duduk diam di beranda rumahnya, ia melihat mangkok cempalatupa berwarna putih itu, dari situ ia berpikir tentang bulan.
“Rembulan adalah pikiran yang tercerahkan” gumam Gunadharma saat melihat bentuk Cempalatupa. Dari cempalatupa kemudian digambarlah bentuk stupa yang kita kenal sekarang ini. Candi Borobudur adalah gambaran dari mekarnya bunga teratai. Dulu diatas bukit menoreh ada Istana Raja, namanya Bharashmabya, itu tempat tetirah para Pangeran Syailendra sebelum menyucikan diri masuk ke Borobudur.
Dari atas Bharashambya bisa dilihat Borobudur yang seperti bunga teratai sedang mekar. Setiap Bulan Purnama bulat sempurna diadakan pendidikan meditasi dengan diikuti lebih dari 10.000 para bhiksu, para bhiksu ini dididik dalam ratusan ashram yang mengelilingi Borobudur, salah satu Biksu ini terkenal dengan nama Dharmakirti, yang merupakan guru dari Atisha, dan Atisha adalah seorang paling suci dalam tradisi Buddha Tibet di India.
Pembangunan Borobudur melibatkan ribuan ahli ukir dan ahli teknik sipil baik dari India ataupun dari Asia Kecil, mereka berdatangan ke Jawa dan berkonsolidasi membangun bangunan suci bagi umat Buddha, juga umat manusia umumnya. Konstelasi arsitektur Borobudur amat seimbang, perpaduan antara posisi bulan, posisi cahaya matahari pagi dan cahaya matahari sore serta posisi bintang-bintang. Borobudur adalah keseimbangan. Dan keseimbangan adalah langkah pertama dalam memahami kemanusiaan.
Setelah selesai dibangun Borobudur menjadi pusat pendidikan latihan-latihan kerohanian, latihan menuju titik temu antara alam manusia dan alam Tuhan.
Borubudur adalah satu-satunya candi di Indonesia bahkan di dunia yang tidak memiliki pintu utama, biasanya candi-candi di Indonesia memiliki pintu utama di sisi timur candi. Tiadanya pintu utama ini adalah perlambang bahwa pencerahan Tuhan bisa masuk darimana saja.
Pahamilah sejarah nenek moyang kita, kita ini keturunan bangsa yang paling berbudaya di dunia, tapi kenapa sekarang kita berlaku seperti bangsa paling biadab, tolol dan tak paham etika. Kita bisa menjadi bangsa yang culun begini karena kita tak paham sejarah, kita tak paham masa lalu bahwa kita ini adalah bangsa besar, bukan saja sebagai penguasa di dunia selatan, tapi juga penyumbang peradaban dunia pada masa lalu.
Anton DH Nugrahanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar