Diceritakan bagaimana sejarah Ken Arok sebagai rakyat biasa hingga bisa menjadi seorang Maharaja yang waktu itu bisa dikatakan tidak mungkin justru Ken Arok mencatatkan sejarah tersendiri. Sampai akhirnya diceritakan bahwa untuk mewujudkan ambisinya menguasai Tumapel dan Ken Dedes sekaligus, maka ia harus membunuh Tunggul Ametung. Itu menurut guru sejarah saya yang mendasarkan teorinya itu pada sebuah buku sejarah yang terdiri dari lima jilid berjudul SEJARAH NASIONAL INDONESIA karangan Prof.Dr. Nugroho Notosusanto. Sementara kajian sejarah terakhir yang didasarkan pada Kitab Negarakertagama karangan Mpu Prapanca dan Kitab Pararaton yang di lakukan oleh Ki J. Padmapuspita yang dituangkan dalam salah satu bukunya yang berjudul Pararaton menegaskan bahwa bukan Ken Arok pembunuh Tunggul Ametung.
Bayangkan! Satu lagi fakta sejarah terungkap. Saya tak heran kalau fakta sejarah biasa “dimodifikasi” dengan tujuan tertentu oleh suatu rejim pemerintahan. Seperti fakta sejarah tentang Supersemar misalnya, yang sengaja diubah demi kepentingan penguasa orde baru. Tak tanggung-tanggung, ahli sejarah sekelas Prof.Dr.Nugroho Notosusanto dikatakan terlibat dalam pengaburan sejarah tersebut. Tapi sejarah yang tak ada hubungannya dengan kepentingan rezim manapun haruskah ikut dikaburkan? Berikut ini akan saya sajikan sekilas tentang Legenda Ken Arok menurut kajian sejarah Ki J. Padmapuspita untuk selanjutnya bisa kita bandingkan dengan data sejarah yang terangkum dalam buku SEJARAH NASIONAL INDONESIA karangan Prof.Dr.Nugroho Notosusanto.
Pada tahun 1188 Kertajaya bertahta mennggantikan Ratu Srengga yang bergelar Sri Maharaja Kertajaya yang berjulukan Dandang Gendhis. Kertajaya mempunyai mahapatih yang sangat diandalkannya waktu itu. Mereka adalah Mpu Tanakung sebagai penasihat spiritual Kertajaya, Mahisa Walungan yang menjabat Mahapatih sekaligus adik kandung Kertajaya, Gubar Baleman dan Arya Pulung yang bergelar Tunggul Ametung. Karena kerap terjadi kerusuhan di sekitar Tumapel, maka Kertajaya mengutus Arya Pulung alias Tunggul Ametung untuk mengamankan kerusuhan yang ada disana. Setelah Tunggul Ametung berhasil meredakan kerusuhan di Tumapel, akhirnya Kertajaya mengangkat Tunggul Ametung menjadi Akuwu di Tumapel. Kemudian Tunggul Ametung mulai menata kembali Tumapel seperti sedia kala. Bahkan ada beberapa terobosan yang dilakukan oleh Tunggul Ametung di Tumapel seperti melegalkan perjudian dan menjadikan Kutaraja sebagai sentra perdagangan sehingga Tumapel menjadi semakin terkenal dan disegani oleh daerah-daerah taklukan Kediri yang lain. Bahkan bukan itu saja, Tunggul Ametung juga membangun istana di Tumapel yang dia beri nama Pakuwon. Pakuwon dilengkapi dengan benteng, taman larangan dan pernak-pernik lainnya laksana Istana Kediri.
Untuk memperkuat diri, Tunggul Ametung merekrut pemuda-pemuda Tumapel menjadi prajurit. Tidak itu saja, Ia juga merekrut empu-empu dari luar Tumapel untuk bekerja membuat senjata dan salah satu empu tersebut adalah Empu Gandring, seorang empu terkenal dari Lulumbang. Tunggul ametung juga membuat pasukan khusus pengawal yang salah satu pemimpinnya adalah Kebo Ijo, tangan kanan Tunggul Ametung. Inilah salah satu factor nantinya yang membuat Kertajaya merasa Tunggul Ametung hendak menyainginya. Sehingga Ia merasa perlu untuk menggulingkan sang Akuwu dari tampuk kekuasaannya.
Itulah sekilas perjalanan karir seorang Tunggul Ametung. Sekarang kita beralih ke perjalanan karir tokoh utama kita yaitu Ken Arok. Ken Arok lahir dari rahim seorang ibu yang bernama Ken Endok. Nama aslinya adalah Astia, kembang dusun Pangkur nan cantik mempesona. Ia kemudian dipersunting oleh seorang Maharesi yang bernama Resi Agung Sri Yogiswara Girinata pemimpin Padepokan Girilaya yang sangat terkenal pada waktu itu. Karena selama sepuluh tahun tak pernah “disentuh”, akhirnya Ken Endok berpaling hati dengan seorang pemuda yang kebetulan menolongnya pada saat mendapat kecelakaan di hutan. Pemuda itu bernama Gajah Para. Sampai akhirnya Gajah Para difitnah telah menghamili Ken Endok karena seringnya mereka bersama. Padahal menurut kajian Ki J. Padmapuspita Ken Endok hamil oleh seorang resi cabul yang berhasil menghipnotisnya hingga tertidur dan menyetubuhi Ken Endok.
Merasa bukan dia pelakunya, Gajah Para tidak mengakui anak yang dikandung Ken Endok sehingga Ken Endok merasa malu dan lari dari Girilaya ke sebuah daerah tersembunyi. Disana Ken Endok mengakui bahwa anak yang dikandungnya itu adalah anak Dewa Brahma sehingga Ken Endok dianggap gila dan diusir dari daerah tersebut. Sesampainya di daerah pekuburan, mungkin karena sudah waktunya, akhirnya Ken Endok melahirkan bayi tersebut dan lantas meninggalkannya begitu saja di tengah pekuburan. Hingga lewatlah seorang pencuri yang bernama Ki Lembong memungut anak tersebut dan memberinya nama Temon karena anak tersebut hasil temuan. Karena salah asuhan akhirnya malah membuat Ki Lembong terjerat hutang akibat ulah Temon yang suka berjudi. Akhirnya Temon diusir oleh Ki Lembong hingga membuat dia berkelana tanpa tujuan.
Pada saat perjalanannya ke Kauman, Temon akhirnya bertemu dengan Bango Samparan, seorang Bandar judi terkenal dari Kauman. Perkenalan Temon dengan Bango Samparan sendiri berdasarkan wangsit gaib yang diterima Bango Samparan saat bersemedi di hutan Rabut Jalu karena terdesak oleh lilitan hutang. Wangsit tersebut mengatakan bahwa apabila Bango Samparan hendak menyelesaikan hutang maka hendaklah menemui seorang pemuda bernama Arok dengan tanda cakra pada telapak tangannya dan dari mulutnya keluar cahaya. Setelah Arok berhasil mengatasi kemelut keuangan, Bango Samparan akhirnya mengangkat Temon sebagai anaknya dan mengganti namanya menjadi Arok. Namun Arok akhirnya tak tahan juga hidup dengan bapak angkatnya itu karena sering dicemburuin oleh kelima anak kandung Bango Samparan. Itu juga yang akhirnya membuat Arok kembali bertualang hingga sampai ke daerah Kapundungan.
Di Kapundungan ini akhirnya Arok berkenalan dengan Tita, anak seorang kepala desa Sagenggeng. Karena keramah tamahannya selama tinggal di rumah Tita, maka Ki Sahaja,nama kepala desa tersebut, mengangkatnya sebagai anak dan memutuskan untuk membawa mereka berdua ke Tantripala, seorang guru sastra untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Dari Pedokannya Ki Tantrapala inilah akhirnya Ken Arok mengenal Ken Umang yang akhirnya menjadi istrinya.
Lepas dari Padepokan Ki Tantrapala bukannya Arok menjadi semakin baik, tapi malah mereka berdua menjadi perampok. Bahkan perampok yang sangat di takuti di Tumapel. Hingga banyak perampok lain yang kebetulan berhasil dikalahkannya akhirnya bergabung dengan komplotan Arok. Sampai akhirnya komplotan Arok bertemu dengan komplotan Nyi Prenjak yang salah satu anak buahnya adalah Ken Umang. Disinilah cinta Ken Arok dan Ken Umang bersemi.
Dalam perjalanannya akhir ken Arok bertemu dengan Mpu Palot pemimpin Padepokan Tantripala. Dari Mpu Palot pula akhirnya Ken Arok berkenalan dengan Dan Hyang Lohgawe yang berasal dari Jambudwipa. Dan Hyang Lohgawe langsung datang dengan tujuan khusus hendak menemui Ken Arok yang menurut wwangsit yang dia terima bakalan menjadi Garuda kaum brahmana untuk melawan Kertajaya yang telah melecehkan kaum brahmana dengan meminta mereka untuk menyembahnya.
Atas saran Dan Hyang Lohgawe juga akhirnya Ken Arok mau menjadi prajurit Tumapel dibawah Tunggul Ametung setelah saran yang diberikannya kepada Tunggul Ametung untuk memperistri Ken Dedes putri Mpu Purwa diterima dengan baik apalagi mengingat Dan Hyang Lohgawe adalah resi terkenal dari luar negeri sehingga Tunggul Ametung tak ragu untuk mengangkatnya menjadi penasihat spiritual. Belum lagi menjadi kebanggaan tersendiri bagi Tunggul Ametung menaklukkan perompak paling menakutkan se Tumapel yaitu Ken Arok.
Saat menjadi prajurit Tumapel inilah Ken Arok akhirnya bertemu untuk pertama kali dengan Ken Dedes yang akhirnya memikat hatinya pada pandangan pertama. Hingga akhirnya Ken Arok dapat melihat sesuatu yang berkilau dari selangkangan Ken Dedes yang membuatnya tak bisa tidur. Lantas timbullah niat Ken Arok untuk suatu saat meminang Ken Dedes untuk menjadi istrinya walaupun waktu itu Ken Dedes telah mengandung anak dari Tunggul Ametung.
Tanpa sepengetahuan Tunggul Ametung, ternyata telah terjadi pengkhianatan yang dilakukan oleh Kebo Ijo si tangan kanan Tunggul Ametung. Secara diam-diam, Kebo Ijo melaporkan perkembangan yang terjadi di Tumapel berikut persiapan Tunggul Ametung dalam melawan kekuasaan Kertajaya. Kemudian Kertajaya mengutus Kebo Ijo untuk membunuh Tunggul Ametung dengan janji akan mengangkat Kebo Ijo menjadi Akuwu apabila Ia berhasil membunuh Tunggul Ametung. Untuk melaksanakan niatnya itu, Kebo Ijo memesan keris kepada Mpu Gandring karena tau bahwa Tunggul Ametung tak kan mampu ditembus oleh keris sembarangan. Waktu itu memang Mpu Gandring terkenal sebagai pembuat keris yang tiada tanding. Tak ada ilmu kebal yang tak dapat ditembus oleh kerisnya Mpu Gandring.
Sampai akhirnya Kertajaya melakukan pergerakan dengan tujuan hendak meluluh lantakkan Tumapel. Sepertinya Kertajaya sudah tidak sabar lagi untuk menghabisi Tunggul Ametung. Tapi usahanya ini sia-sia karena ternyata pasukan terbaik Kediri yang dipimpin oleh Gubar Baleman malah dipukul mundur oleh pasukan Tumapel yang dipimpin oleh Tunggul Ametung sendiri. Ini akhirnya menjadi pukulan tersendiri bagi Kebo Ijo dan merencanakan untuk bertindak secara diam-diam.
Akhirnya rencana itu dilaksanakan juga oleh Kebo Ijo. Pada saat pasukan Tumapel berpesta, disaat itulah Kebo Ijo memisahkan diri dan menuju Lulumbang untuk menagih kerisnya pada Mpu Gandring. Mengingat keris tersebut belum selesai dibuat, otomatis Mpu Gandring menolak untuk memberikan keris itu Pada Kebo Ijo. Apalagi Mpu gandring adalah empu yang lebih mengutamakan kualitas. Karena Mpu Gandring tetap tidak bersedia untuk memberikan keris tersebut, akhirnya peristiwa itu terjadilah. Kebo Ijo merampas keris itu dengan paksa dan menikam langsung ke tubuh Mpu Gandring sampai akhirnya Mpu Gandring mengeluarkan sumpahnya bahwa keris tersebut akan membunuh 7 raja sekaligus.
Setelah berhasil merampas keris tersebut, Kebo Ijo kembali ke Pakuwon dan langsung menemui Tunggul Ametung yang sedang mabuk. Tentu kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Kebo Ijo yang langsung menancapkan keris tersebut ke tubuh Tunggul Ametung hingga tewas. Akhirnya Kebo Ijo sendiri dibunuh dengan keris itu juga oleh Ken Arok.
Setelah Ken Arok akhirnya menjadi Akuwu menggantikan Tunggul Ametung, maka dilancarkanlah serangan ke jantung kerajaan Kediri di Kutaraja oleh Ken Arok yang akhirnya dapat memukul mundur semua pasukan Kediri dan membuat Kertajaya melarikan diri. Kemudian Ken Arok diangkat menjadi raja bergelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi. Darinyalah wangsa Rajasa dimulai, wangsa yang menjadi cikal bakal raja-raja tanah jawa. Dari Ken Dedes dia dianugerahi Anusapati sedangkan dari Ken Umang dia dianugerahi Tohjaya. Walaupun akhirnya Ken Arok harus mati ditangan Anusapati karena mendengar kabar bahwa Tohjayalah yang bakal menggantikan Ken Arok nantinya.
Melihat begitu cermatnya Ki J. Padmapuspita dalam melakukan kajian sejarahnya sehingga saya lebih cenderung memihak kepadanya ketimbang data sejarah yang lain.
Coba kita bandingkan!
Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka
Andy Firmansyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar