Dua antropolog dari Universitas Cambridge, Stock dan Andrea Migliano, mengatakan bahwa penemuan mereka mendukung sebuah sekenario di mana kebanyakan wanita dapat bereproduksi pada usia yang relatif muda, mungkin sebagai respon terhadap angka kematian yang tinggi. Sifat fisik ini kemudian menjadi lebih umum dari satu generasi ke generasi berikutnya. “Kemungkinan akibat dari bereproduksi di usia yang relatif muda inilah yang mengalihkan sumber daya pertumbuhan, kemudian menghasilkan tubuh kecil sebagai efek sampingnya,” para peneliti berhipotesis.
Para peneliti secara tradisional mendeskripsikan mengenai fisik masyarakat pigmi yaitu dengan rata-rata tinggi tubuh laki-laki dewasanya tidak lebih dari 155 cm, atau sekitar 5 kaki, 1 inci. Pigmi diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok yang hidup di beberapa wilayah seperti Afrika, Indonesia, Filipina dan kepulauan Andaman, yang terletak di sebelah tenggara Burma.
Dua orang antropolog dari Universitas Cambridge, Stock dan Andrea Migliano, menganalisa beberapa data milik pemerintah Inggris serta beberapa hasil penelitian antropologi mengenai kepulauan Andaman yang dilakukan antara 1871 – 1986. Pemeriksaan mereka mencakup penelitian mengenai tingkat fisik dan kesehatan 604 orang dari tiga kelompok pigmi. Data juga termasuk taksiran jumlah populasi setiap kelompok diseluruh waktu.
Koloni-koloni Inggris pertama kali berdiri di Kepulauan Andaman di tahun 1858 hingga 1947. Dua kelompok pigmi, Onge dan Jarawa, yang hidup di pulau yang terpisah, mengasingkan diri kedalam hutan untuk mengehindar dari orang Inggris. Namun kelompok terbesar pigmi Andaman lebih bersahabat dengan para pendatang-pendatang baru tersebut.
Akibatnya, individu pigmi Andaman lebih banyak tertular penyakit yang dibawa oleh orang -orang inggris seperti influenza, tuberculosis, campak dan syphilis. Perkiraan jumlah mereka turun dari 6.000 pada 1858 hingga 600 orang pada 1900.
Catatan sejarah Inggris menunjukkan bahwa rata-rata tinggi dari pigmi Andaman berkurang secara mencolok selama periode kematian meningkat. Dari tahun 1879 hingga 1927, rata-rata tinggi laki-laki pigmi yang diukur berkurang pada tingkat yang setara dengan 4.7 centimeter, atau mendekati 2 inchi setiap 100 tahun. Tinggi tubuh berkurang juga bagi para wanitanya, yakni berkisar 1.8 centimeter setiap 100 tahun.
Sayang data dari abad ke-19 tidak tersedia untuk dua kelompok pigmi yang menghindar dari koloni Inggris. Namun laki-laki dan wanita suku pigmi Onge memperlihatkan rata-rata tinggi tubuh mereka meningkat dari 1927 hingga 1962, setelah upaya Inggris untuk berinterkasi dengan mereka berhenti. Jumlah populasi pigmi Onge merosot dari 1901 hingga 1951, meskipun jumlahnya tidak separah pigmi Andaman.
Suku pigmi Jarawa pertama kali diteliti di tahun 1985. Rata-rata tinggi mereka 155 centimeter untuk laki-laki dan 147 centimeter untuk wanitanya. Tinggi pigmi wanita Jarawa melewati semua rata-rata tinggi wanita pigmi dari dua kelompok yang lain.
Sebuah studi di tahun 2007 yang dipimpin oleh Migliano melaporkan bahwa pigmi di Afrika dan Filipina cenderung berhenti tumbuh di awal masa remaja, mereka memiliki harapan hidup rendah dan cenderung mulai berkembang biak di usia muda. Pola temuan juga sesuai dengan gagasan bahwa ukuran tubuh kerdil terjadi sebagai efek samping dari kecenderungan berkembang biak bagi wanita di usia muda.
Antropolog Brian Shea dari Nothwestern University mengatakan bahwa penelitian yang dilakukan Migiliano memang menarik, namun tidak relevan dengan penyebab sebenarnya ukuran tubuh kecil dalam kelompok kerdil manusia. “Dalam jangka pendek, perubahan lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi ukuran populasi apapun,” Shea berpendapat.
Shea dan koleganya telah mengukur proporsi berbeda untuk pigmi di Afrika Timur dan Afrika Barat. Peneliti lain telah menemukan hal yang menghambat pertumbuhan selama masa kanak-kanak untuk pigmi Afrika Mbuti. Tampaknya karena tingkat penurunan hormon pertumbuhan utama.
Meskipun pernah melewati angka kematian yang tinggi, Stock dan Migliano tidak memiliki bukti kuat bahwa pigmi Andaman jatuh dalam tempo yang sangat cepat, komentar Barry Bogin, Antropolog dari Universitas Loughborough, Inggris. Data sejarah menunjukkan bahwa pigmi wanita Andaman menikah diusia muda, sekitar 11 tahun. Namun tidak ada sumber mengatakan apakah mereka melahirkan pada usia yang sangat muda juga.
Stock dan Migliano tidak menemukan bukti kekurangan gizi, tetapi mereka tidak dapat menyingkirkan kemungkinan bahwa kurangnya satu atau lebih nutrisi penting dapat menghambat pertumbuhan pigmi Andaman.
Faktor gizi buruk memang tidak dapat dijadikan dasar. Migliano mengatakan ia curiga terhadap ide itu, karena orang Kenya Maasai dan Samburu juga biasanya menderita gizi buruk, namun tidak menghambat pertumbuhan mereka.
Penelitian secara membujur kepada suku pigmi dan orang-orang kerdil lainnya, dengan acuan informasi gizi dan kesehatan secara rinci adalah satu-satunya cara untuk mempelajari masalah ini lebih lanjut.
(Dipta)
Referensi :
http://www.scientificamerican.com
http://www.nationalgeographic.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar