Gambar adalah kumpulan-kumpulan cerita yang menggerakkan sejarah.
Robert Capa, adalah seorang yang mengetahui bagaimana sebuah gambar mampu menceritakan banyak hal. Ia lahir ketika jaman mulai berderak, ketika abad 20 baru saja memulai arus peradabannya.Robert lahir di Hongaria tahun 1913, ia mengenal fotografi dari pamannya yang membawa sebuah kamera dan kerap diajak pamannya untuk memotret orang-orang di kampungnya. Robert Capa senang melihat banyak orang tertawa, gembira dan ia memahami kehidupan manusia dari ‘waktu yang berhenti’. Dari sinilah ia mengenal bahasa manusia paling dalam, bahasa tubuh.
Pada tahun 1918, ia pergi ke Berlin dan belajar sebuah ilmu yang sedang tren saat itu bernama ‘Foto jurnalistik’ disana ia bertemu seorang ahli fotografi kenamaan dari Jerman, dan disuruh melihat perkembangan politik. “Sebelum memotret hendaknya kamu pelajari seluruh perkembangan jaman, sehingga kamu tau bagaimana jaman berderak, foto kamu jadi punya nyawa-nya, punya jiwa” itu pesan guru-nya dan ia pegang baik-baik. Robert akhirnya mempelajari seluruh berita-berita politik, saat itu Revolusi Russia sedang menjadi berita utama seluruh dunia, ia mengagumi pelaku-pelaku revolusi Russia. Akhirnya ia memilih Trotsky sebagai bahan fotografinya.
Ia mengikuti Trotsky pergi, ia diijinkan oleh pengawal Trotsky untuk memotretnya dari dekat. Di sebuah tempat di Copenhagen, Trotsky di foto sedang menjelaskan persoalan-persoalan revolusi kepada rakyat banyak. Robert Capa bergetar, ia menciptakan gambar yang baik, dan ia merumuskan kerjanya sendiri. Prinsip kerjanya adalah ‘dekati objek itu, cari titik jiwa-nya’.
Saat perang Spanyol meletus tahun 1936, Robert Capa pergi ke Spanyol. Bila Hemingway mencatat perang Spanyol dengan berperang di Madrid, maka Robert Capa pergi ke Kordoba dan memfoto banyak pertempuran, ia selalu berada di garis pihak Loyalis Pemerintahan yang berhaluan sosialis. Di masa Perang Spanyol itu kaum Loyalis didukung brigade Internasional yang terdiri kaum Komunis, Sosialis dan Anarkis sementara kelompok pemberontak didukung Bangsawan, Gereja, Militer dan Fasisme Internasional. Suatu pagi ia pergi ke kota bernama Cerro Muriano di wilayah Kordoba, ia melihat sekelompok gerilyawan Iberian Federation of Libertarian Youth (FIJL). IFBL berhaluan anarkis, seorang anarko tertembak kakinya bernama Federico Borrel Garcia, namun fotonya amat dramatis, seolah-olah Garcia tertembak dada-nya. Foto ini sangat melegenda dan sebagian banyak orang seolah mengingatkan bahwa foto tertembaknya Garcia adalah ingatan kolektif tentang Perang Saudara Spanyol. Foto ini awalnya berjudul : Loyalist Militiaman at the Moment of Death, Cerro Muriano, September 5, 1936. Tapi dunia mengenalnya sebagai ‘The Falling Soldier”.
Foto itu baru diakui oleh Pemerintahan Spanyol pada tahun 1970. Pemerintahan yang dimenangkan kaum pemberontak dan berhaluan fasis kanan.ANTON DH NUGRAHANTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar