Kasus Phineas Gage, adalah salah satu contoh kasus paling mencengangkan yang tercatat dalam sejarah medis dunia. Orang menyebut Phineas Gage adalah laki-laki beruntung. Ia berusia 25 tahun, seorang mandor pembangunan rel kereta api Rutland dan Burlington di Vermont. Suatu hari yang naas, kecelakaan kerja fatal terjadi padanya. Ia sedang meletakkan bahan peledak ke dalam tanah untuk meledakkan batu besar, tiba-tiba bahan peledak itu meledak.
Besi yang digunakan untuk memadatkan bahan peledak terlontar ke udara dan dengan kecepatan luar biasa jatuh miring menembus tengkorak kepala Phineas Gage hingga ke pipi. Besi itu panjangnya 109 cm beratnya 6 kg. Bisa dibayangkan dahsyatnya kejadian itu. Semua orang menyangka Gage tewas seketika. Pemandangan yang sangat mengerikan, besi sepanjang 1 meter itu menyembul di kepala dan pipi. Tapi aneh, atau tepatnya, terjadi keajaiban, Gage yang bersimbah darah, selamat. Bahkan ia tetap sadar saat orang-orang mengangkutnya dengan gerobak sapi menuju ke dokter.
Begitu mengerikannya kondisi Gage sampai-sampai tak seorang pun berani berharap dia lolos dari maut. Tapi yang terjadi adalah sebaliknya. Selain mata kirinya yang buta seketika, tidak ada organ-organ vital lain yang dirusak oleh besi itu. Para dokter tercengang dengan kasus ajaib ini.
KEPRIBADIAN BERUBAH
Luar biasa!! Gage hanya 10 hari dirawat di rumah sakit. Ia kembali normal; bisa berjalan, berbicara bahkan melakukan aktivitas lain. Beberapa bulan setelah kecelakaan itu, ia merasa cukup sehat untuk bekerja kembali. Tapi bos tempatnya bekerja menolak menerima ia sebagai mandor lagi. Selain dari penampilannya yang mengerikan, tapi telah terjadi perubahan dalam diri Gage. Kepribadiannya berubah! Ini tidak disadari Gage, tapi orang sekitarnya menyadari hal itu.
Sebelum kecelakaan, Gage adalah pemuda yang baik, sopan, ramah dan baik hati. Tapi setelah kecelakaan itu, ia menjadi bermulut kotor, kasar dan mudah marah. Dia ‘bukan’ Phineas Gage yang dulu lagi. Akhirnya Gage diterima bekerja sebagai pelatih kuda di New Hampshire dan Chili sebagai pengemudi kereta pos.
Dampak dari besi yang bercokol di kepalanya itu adalah ia menderita epilepsy, penyakit itulah yang membunuhnya. Pada tahun 1860, Gage meninggal setelah serangan epilepsy yang terus menerus.
Kasus Gage ini menjadi sangat terkenal di dunia kedokteran, khususnya sejarah ilmu syaraf. Karena dari kasus itulah terkuak hubungan antara trauma otak dan perubahan kepribadian seseorang. Dalam buku pengantar psikologi berjudul “An Odd Kind of Fame: Stories of Phineas Gage” yang ditulis Malcolm Macmillan, 2/3 penjelasan dalam buku itu menguraikan kasus Gage.
Sejak kasus itu terjadi bahkan setelah ia wafat, penelitian terus dilakukan yang menghasilkan terobosan-terobosan dalam bidang kedokteran. Bahkan contoh tengkorak Gage dengan batang besi yang tertancap dan menyembul keluar di pipi, menjadi model di Sekolah Kedokteran Harvard. Di sana kasus Gage ini diteliti secara intensif khususnya para ahli syaraf.
Dari penelitian intensif kasus Gage di mana terjadi perubahan kepribadian pada dirinya, didapat petunjuk bahwa bagian bagian tertentu dari otak berhubungan dengan fungsi kepribadian. Setelah mempelajari apa yang terjadi pada Gage, dokter menyimpulkan bahwa luka atau tumor yang terletak di lobus frontal otak tidak mempengaruhi kemampuan otak untuk menerima informasi. Juga, tidak memiliki dampak pada gerakan fisik atau ucapan. ***diana
http://www.neatorama.com/2010/03/08/the-strange-tale-of-phineas-gage/.
91 TAHUN HIDUP DENGAN PELURU BERSARANG DI KEPALANYA
Ini kasus berbeda. Kasus William Lawlis Pace tak kurang menyeramkan. Pada suatu hari yang naas, kepala William Pace yang berusia 8 tahun, secara tak sengaja tertembak. Kejadiannya: sang kakak, Marvin, mengambil pistol caliber rifle 22. Ia mengira itu pistol mainan. Saat mencoba mengutak-atik, senjata itu meledak. Pace yang berada di dekatnya menjadi korban. Peluru nyasar itu langsung menembus telinga Pace dan berhenti di tulang belakang telinganya. Di sanalah peluru itu bersarang.
Pace mengaku, peluru tersebut telah mengakibatkan dirinya mengalami kerusakan syaraf yang luas dan mempengaruhi penampilan wajahnya. Ia juga tak dapat mendengar dengan baik, penglihatan mata sebelah kanan pun rusak. Meski begitu Pace mengaku tidak sakit hati atau dendam kepada kakaknya yang menyebabkannya menderita seperti itu. Namun, sampai akhir hayatnya, sang kakak tetap menyimpan rasa bersalah yang luar biasa.
William Lawlis Pace yang dilahirkan di AS 27 Februari 1909, Februari tahun lalu merayakan HUTnya yang ke 100 tahun. Dengan demikian selama 91 tahun dia hidup dengan sebutir peluru yang bersarang di kepalanya. Kasus istimewa ini menarik perhatian Guinness World Record, yang pada 2006 menganugerahi Pace penghargaan sebagai manusia terlama yang bertahan hidup dengan seputir peluru di kepalanya. Ketika menerima penghargaan itu, Pace berusia 97 tahun.
Pace menikah tahun 1933 dan memiliki dua anak laki-laki dan beberapa orang cucu. Ia hidup sehat, kini tinggal di Covenant Village Care Center dan melewati hari-harinya bersama peluru di kepalanya.***Diana
http://www.timesrecordnews.com/news/2009/mar/09/head-strong-centenarian-holds-record-for-bullet
Tidak ada komentar:
Posting Komentar