Dapunta Online – Australopithecus afarensis, spesies hominid kuno yang terkenal dengan julukan ‘Manusia Besar’, mengungkapkan bagaimana sebagian fosil tulang perempuan yang disebut Lucy, ternyata mempunyai tapak kaki kurus seperti yang dimiliki orang sekarang, kata antropologis Carol Ward dan koleganya dari Universitas Missouri di Columbia dalam sebuah laporan yang dikutip dari Science News, Kamis (10/02/2011).
Temuan ini berdasarkan hasil penelitian terhadap tumpuan kaki dari sebuah fosil tipis jenis Lucy, berusia 3,2 juta tahun yang ditemukan di Afrika Timur. Terungkap bahwa tumpukan kaki tersebut belum pernah terjadi sebelumnya, tentang bagaimana cara berjalannya manusia.
Menurut Ward, Sebuah tulang dari jari kaki – fosil A. afarensis pertama yang digali – memberikan bukti penting bahwa lengkungan pada kaki spesies tersebut mendukung dan memberi bantalan langkah dua kaki.
“Kami sekarang mempunyai bukti yang selama ini kurang bahwa A. afarensis telah benar-benar berkembang, dan tampak permanen pada kakinya,” kata Ward. Lucy yang bertahan hidup dan kerabatnya telah meninggalkan menggantung di pohon untuk berubah ke gaya hidup berbasis tanah, tambahnya.
Fosil baru ditemukan ini menegaskan bahwa anggota spesies Lucy membuat tapak kaki berusia 3,6 juta tahun yang sebelumnya ditemukan pada debu vulkanik keras di Laetoli, Tanzania, ungkap Carol Ward.
A. afarensis hidup dari sekitar 4 juta sampai 3 juta tahun yang lalu. Selama lebih dari 30 tahun Ilmuwan berpendapat apakah Lucy dan kerabatnya sebagian besar berjalan di tanah atau membagi waktu antara berjalan dan memanjat pohon.
Berita mengenai kaki bertapak pada hominid ini muncul mengikuti sebuah laporan yang menemukan tulang A. afarensis yang dijuluki manusia Besar, dengan kaki panjang, dada relatif sempit punggung lengkung ke dalam, tanda-tanda gaya berjalan mirip manusia, Scince News (17/07/2010).
“Ada terlalu banyak adaptasi sangat rinci dalam setiap bagian tulang A afarensisi untuk berjalan tegak dan perjalanan di tanah yang secara eklusif tidak muncul,” kata antropologis Owen Lovely dari Kent State University di Ohio, yang mempelajari peninggalan Manusia Besar itu.
Sebuah kaki seperti itu dihubungkan dengan jenis Lucy oleh kelompok Ward. Fosil tersebut telah berkembang sekitar 4,4 juta tahun yang lalu sebagai hominid Ardipithecus, kata Lovejoy. Walaupun Ardipithetus mempunyai jari kaki yang bertentangan untuk berjalan dua kaki, namun mahluk ini dapat berjalan efektif dengan menggunakan jari kaki yang lain, menurut pandangannya.
Hal ini juga ditegaskan antropologis William Jungers dari Universitas Sekolah Kedokteran Stony Brook di New York, bahwa A. afarensis mempunyai kaki yang bertapak. Ciri kakinya yang lain, meliputi lima jari kaki yang melengkung, panjang, menunjukkan bahwa sistem pertulangan untuk berjalan tegak tidak sepenuhnya muncul pada jenis Lucy, tegas Jungers.
Perbedaan yang sangat pada anatomi kaki mungkin telah ada diantara anggota A. afarensis, kata Jungers. Analisis tulang lutut yang diterbitkan pada tahun 2010 oleh periset lain menyimpulkan bahwa Lucy mempunyai kaki rata sementara beberapa kerabatnya mempunyai lengkungan pada belakang kakinya.
“Walaupun Lucy mempunyai tapak lebih rendah dibandingkan individu-individu lain, Lucy masih mempunyai struktur kaki mirip manusia, tipis yang kita lihat pada manusia tetapi berbeda dengan kera,” kata Ward.
Penggalian pada satu dari beberapa situs di Hadar, Ethiopia, menghasilkan tulang jari kaki kuno pada tahun 2000. Sejak tahun 1975 lokasi ini telah menghasilkan lebih dari 250 fosil yang menggambarkan sekurang kurangnya 17 individu A. afarensis.
Ciri bentuk dan desain dari jari kaki fosil sangat dekat berhubungan dengan jari kaki manusia yang berbeda dengan chimpanse atau gorilla, kata tim Ward.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar