Andi Mappe dan Perjuangan Gerilya Melawan Belanda di Pangkep (4)

13209303791730287626

Kostum Perjuangan dan Pistol Andi Mappe, untuk sementara tersimpan di Museum Karst Pangkep.

Karena kelihaian mata – mata Belanda, Pasukan Andi Mappe terus menerus dikejar. Pada 14 – 21 Februari 1947, Pasukan HI diserang tiba – tiba di Kampung Paku – Paku. Pasukan Andi Mappe terus dikejar sampai di Bantimurung – Balocci, lalu Patanyameng Maros, masuk ke Tondong Bua’ (wilayah Kabupaten Bone), ke Parang Lombasa dan terakhir di Padang LeangngE. Di setiap penyerangan musuh yang bersenjata lengkap, pasukan HI terus berkurang. Di Padang Leangnge’, Andi Mappe dan pasukannya berpisah dengan pasukan Arung Saharu. Pada saat pasukan Andi Mappe tinggal 10 orang, pada 25 Februari, di Bonti / Padang LeangngE Distrik Balocci, Andi Mappe dikepung dua peleton pasukan Belanda dan sekutu pribuminya dibawah pimpinan Karaeng Naco menyerang gubuk pertahanan Andi Mappe selama tiga hari tiga malam.

Pengepungan selama tiga hari tiga malam di Padang Leangnge’, Balocci inilah yang menewaskan Kapten Harimau Indonesia, Andi Mappe. Tanggal 25 Maret, gugurlah Andi Mappe bersama lima orang anggota pasukannya ditengah muntahan peluru dalam mempertahankan kemerdekaan Bangsa dan Tanah Airnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, ia sempat berpesan kepada pasukannya supaya terus mengobarkan semangat perlawanan terhadap Belanda. Terakhir Andi Mappe mengatakan, “Nasaba Iya Sikomemeng Tommi Naeloreng Puang Allah Ta’ala (Sebab saya ini sudah sampai waktunya dikehendaki Tuhan).

1320930785316239389

lukisan Andi Mappe.

Salah seorang Belanda kemudian memenggal lehernya dan bersama pasukannya mengarak kepala Andi Mappe, mempertontongkannya kepada penduduk di Maros, Pangkajene, Bungoro, dan Labakkang. Terakhir kepala pejuang kemerdekaan itu diseberangkan ke Pulau Camba – cambang, sebuah pulau yang tidak berpenghuni, tidak didiami manusia ketika itu, dekat dari pesisir Maccini Baji, Labakkang.



Setelah meninggalnya Andi Mappe, praktis tidak ada lagi yang ditakuti dan disegani Belanda. Pasukan Belanda kemudian melakukan pembakaran 118 rumah rakyat di Kampung Mangilu, 30 rumah di Tabo – Tabo, 98 rumah di Kampung Timbusang, 15 rumah di Pettung – Tanete ( Barru ), dan 30 rumah di Mallawa, Camba. Pembakaran rumah tersebut dilakukan dalam Bulan Agustus – September 1947. Demikianlah rakyat telah kehilangan pejuang kemerdekaannya yang gigih mempertahankan setiap jengkal tanah tumpah darah yang dicintainya. Bagi laskar HI sendiri, perjuangan mereka tetap dilanjutkannya, meski ada satu semangat membaja yang hilang di tengah – tengah mereka. (*)



1320930926270328166

Ayo kobarkan terus semangat perjuangan membela bangsa dan negara. (foto : google)

SEMOGA GENERASI MUDA BANGSA DAN NEGARA INI DAPAT MENERUSKAN API PERJUANGAN PARA PENDAHULUNYA.
M Farid W Makkulau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar