13209240971184631911

Tugu Bambu Runcing di pusat Kota Pangkajene, simbol perjuangan rakyat Pangkep melawan Penjajah Belanda.

Tanggal 16 September 1946, Andi Mappe tiba di Taraweang Romang dan langsung mengatur pasukannya serta menginstruksikan kepada tiga puteranya menjadi komandan pasukan. Ummareng Andi Baso sebagai komandan pasukan perlengkapan (tidak dipersenjatai) berkedudukan di JennaE, dekat Pangkajene dan Bungoro, Andi Mangkona sebagai komandan pasukan tempur (beranggotakan 40 orang) dengan senjata tiga pucuk, dan Andi Naping sebagai komandan pasukan kepolisian (beranggotakan 20 orang) dengan senjata tiga pucuk. Andi Mangkona beserta pasukannya selalu didampingi oleh Andi Mappe dan selalu berdampingan dengan pasukan Andi Naping.

Pada 18 – 25 September, setelah pengaturan pasukan selesai, Andi Mappe bersama rombongannya kembali bergerilya ke JennaE, Birengere, Balang, Bulu Biringere, dan kembali lagi ke Taraweang Romang dan Tongo – tonggo. Pada malam, 29 September, diadakan rapat rencana mendatangi tulang punggung Belanda (Karaeng Bungoro) yang waktu itu berada Tondong. Setelah sampai di Tondong, pasukan Andi Mappe mengepung rumah Karaeng Bungoro untuk melucuti senjatanya. Sewaktu di Tonggo - tonggo empat 4 malam, keberadaan Andi Mappe diketahui oleh mata – mata Belanda La Pare. Pasukan Belanda berdatangan ke Tonggo-tonggo, tetapi Andi Mappe memilih mundur teratur.



13209242351938832345

Lukisan Andi Mappe. (foto : ist)



Rombongan pasukan Andi Mappe yang kembali ke JennaE’, pada Tanggal 8 Nopember, diketahui pula spion Belanda sehingga sempat terkepung di JennaE. Pasukan Andi Mappe dapat meloloskan diri tanpa mengadakan pertempuran dan pasukannya bergerak terus ke Kampung Samatea, Talaka dan ke Bulu Salo’ Tallang selama tiga hari. Tanggal 13 Nopember, musuh datang mengepung Salo’ Tallang. Andi Mappe yang waktu itu pasukannya hanya 40 orang lebih memilih untuk mengatur siasat lebih dahulu dengan mengundurkan diri ke sebelah selatan Bulu’ Salo’ Tallang untuk mencari pertahanan sehingga dapat diadakan perlawanan selama empat jam lamanya.



Selanjutnya, Andi Mappe bersama anak buahnya mundur ke Kampung Leang menuju Kassi, Balocci, sesudah makan malam di Kassi, terus ke Kampung Balleanging (Maros) selama 20 hari. Tanggal 3 - 5 Desember, ke Leang – leang (Maros) dan disana terjadi pertempuran selama dua hari dua malam. Tanggal 7 Desember, pasukan Andi Mappe kembali ke Balocci terus ke Padang Leangnge selama 10 hari. Tanggal 17 Desember ke Kampung Padang LeangngE selama 3 hari. Tanggal 19 – 21 Desember, Andi Mappe berpatroli ke Kampung Kamboti, Bola TelluE, dan Paku – Paku. Dari patroli itu, Andi Mappe menangkap dan menawan 4 mata – mata musuh.




13209578761380462989

Buku saya, "Kapten Harimau Indonesia - Andi Mappe - Pahlawan Pejuang Kemerdekaan. (Pemkab Pangkep, 2007).




Tanggal 26 Desember, pasukan Andi Mappe bergerak ke Gattareng dan tinggal selama 15 hari. Pada 10 Januari 1947, Andi Mappe dan pasukan HI ke Ralla / Bowong Langi selama sebulan, dan nanti Tanggal 10 Februari bergerak ke Mallawa. Saat di Mallawa, satu kompi musuh datang menyerang, namun pasukan gabungan Andi Mappe dan Arung Saharu dapat dengan sigap melakukan serangan balasan selama sehari. Karena keterbatasan senjata yang hanya 12 pucuk senjata, maka Andi Mappe mundur teratur dengan pasukannya dan tidak ada korban jiwa dipihaknya.


Pasukan Andi Mappe yang menyerang, bertahan dan “menghilang” masuk hutan dalam satu waktu, inilah yang menyulitkan pasukan Belanda untuk menangkap dan mematahkan perlawanannya. Strategi gerilya ini terbukti ampuh melumpuhkan pasukan musuh pada beberapa titik, menyerang lantas masuk hutan, kemudian muncul lagi di daerah lain untuk melakukan serangan, kemudian menghilang lagi. Begitu seterusnya. Berpindah – pindah markas pertahanan, begitupun lokasi penyerangan yang tidak diduga oleh musuh. Itulah mengapa Andi Mappe dan pasukan Harimau Indonesia (HI) menjadi momok yang ditakuti Belanda.

B e r s a m b u n g …….
M. Farid W Makkulau,

Pangkep, 10 November 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar