Memugar Situs Kutai di Sulawesi Selatan

Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, mendukung upaya Pemerintah dan Masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang mengusulkan Raja Kutai ke-14, Sultan Aji Muhammad Idris in Martadipura sebagai Pahlawan Nasional.


1335531711711057877

Peresmian pemugaran makam Raja Kutai ke-14 Sultan Aji Muhammad Idris di Kota Sengkang, Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan/Ft: Mahaji Noesa





Hal itu dinyatakan secara tegas oleh Bupati Wajo, Drs. H.Andi Burhanuddin Unru, MM, ketika memberikan sambutan dalam acara peresmian pemugaran makam Sultan Aji Muhammad Idris yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kamis (26 April 2012) di Kota Sengkang, ibukota Kabupaten Wajo.


‘’Fakta dan data sejarah perjuangan Sultan Aji Muhammad Idris yang gigih melawan penjajah kolonialis Belanda di awal abad XVIII cukup mendukung untuk ditetapkan sebagai seorang Pahlawan Nasional seperti yang telah dianugerahkan sebelumnya kepada La Maddukelleng, seorang putra Indonesia asal Kabupaten Wajo,’’ jelas Andi Burhanuddin Unru yang setahun sebelumnya diberi gelar ‘Tumenggung Kapitan Jaya’ atau Panglima Perang oleh pihak Kesultanan Kutai Kartanegara in Martadipura.


1335531862993580201

Komplek makam Sultan Ktaui di Sengkang, Wajo Sulawesi Selatan/Ft: Mahaji Noesa



Pemugaran makam Sultan Aji Muhammad Idris, menurut Rusdiansyah,S.sos, M.hum, Kasi Perlindungan Peninggalan Purbakala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kukar, dilakukan menggunakan dana APBD Kabupaten Kutai Kartaenegara tahun 2011 sebesar Rp 446 juta dari plafon dana yang disediakan lebih dari 500 juta.


Selain pemugaran konstruksi komplek makam, jelas Rusdiansyah yang sebelumnya memang menjadi PPTK pelestarian dan pemugaran makam tersebut, dilakukan pekerjaan yang berkaitan dengan bidang arkeologi dan kepurbakalaan yang melibatkan pihak Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Makassar.


‘’Pemugaran ini adalah bagian dari bentuk kepedulian yang tinggi dari Pemkab Kukar untuk memugar situs-situs Kutai, sekalipun berada di luar daerah,’’ katanya.


133553201985456250

Sambutan secara adat Kabupaten Wajo terhadap tamu dari Pemkab dan Kesultanan Kutai Kartanegara/Ft: Mahaji Noesa



Sebanyak 46 orang rombongan dari Pemkab Kukar dan dari pihak keluarga Kesultanan Kutai Kartanegara ini Martadipura datang langsung menghadiri acara peresmian pemugaran makam tersebut di Kota Sengkang. Di antaranya hadir, Wakil Bupati Kukar, H. Muhammad Imron Yusuf, MH, MM mewakili Bupati Kukar, Sekretaris Kabupaten Kukar yang sekaligus adalah Sekretaris Kesultanan Kutai Kartanegara in Martadipura, DR. Aji Pangeran Muhammad Gondo Pangeran, MM bergelar Mas Panji Kelana Gumron, Kadis Kerbudayaan dan Pariwisata Kukar, Dra.Yuni Hastuti, MM, Sultan Kutai Kartanegara diwakili Haji Aji Pangeran Adi Manggala, SE,MM dan sejumlah kerabat Keraton Kutai Kertanegara.


Situs makam Sultan Aji Muhammad Idris tersebut berada dalam Komplek Makam Pahlawan Nasional La Maddukkelleng di Kota Sengkang. La Maddukkelleng adalah ayah mertua dari Sultan Aji Muhammad Idris. Sultan Kutai ke-14 ini gugur saat ikut berjuang dengan mertuanya mengusir penjajah kolonialis Belanda di wilayah Sulawesi Selatan pada awal abad XVIII.


‘’Kami berharap dengan adanya makam Sultan Aji Muhammad Idris di Kota Sengkang, hubungan kekeluargaan yang terjalin sejak lama khususnya antara masyarakat Kutai dengan masyarakat Wajo dapat terus terpelihara dengan baik dalam rangka tetap menjalin ikatan persatuan dan kesatuan yang kuat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Termasuk dapat menumbuhkan kerjasama yang saling menguntungkan di berbagai bidang,’’ kata Bupati Wajo H.Andi Burhanuddin Unru dalam perbincangan sesaat setelah upacara peresmian makam yang sekaligus dirangkaikan penyerahan dari Pemkab Kukar kepada Pemkab Wajo.


Setelah melakukan ziarah ke komplek makam Sultan Aji Muhammad Idris yang menyatu dengan komplek Makam Pahlawan Nasional La Maddukkelleng, rombongan dari Kukar melakukan Napak Tilas saat Sultan Idris bersama 200 prajurit mendarat di wilayah Wajo dari Kutai pada awal abad XVIII. Di antaranya, melakukan ziarah ke sejumlah makam sejumlah pengikut Sultan Idris di Akkotengeng Desa Alewadeng Kecamatan Sajoanging, kl. 80 km dari Kota Sengkang. Juga melakukan ziarah ke makam La Sangkuru Patau Mulajaji (Sultan Abdul Rahma) Arung Matoa (Raja) Wajo (1607 – 1610) yang pertama memeluk Agama Islam, di Peneki Kecamatan Takalala.


13355321261430876642

Ziaran ke makam Sultan Aji Muhammad Idris di Sengkang/Ft: Mahaji Noesa



‘’Dalam dokumen Kesultanan Kutai ada catatan khusus mengenai prajurit perang dari Peneki,’’ jelas Mas Panji Kelana, Sekretaris Kesultanan Kutai sekarang ketika sesaat mampir bersama rombongan di rumah Camat Takalala, depan Kantor Kecamatan Takalala di Peneki.


Sebuah pohon Bajo-bajo yang berkaitan dengan penamaan sebutan daerah Wajo, tumbuh di halaman kantor Kecamatan Takalala. ‘’Saya sengaja menanam pohon tersebut agar orang dapat mengenal bentuk Pohon Bajo-bajo,’’ kata H.Suardi, Kepala UPT Pendidikan di Kantor Kecamatan Takalala.


Selain sebagai Arung Matoa Wajo, dalam hidupnya La Maddukkelleng juga adalah Arung Peneki yang memegang kekuasaan di wilayah yang kini menjadi ibukota Kecamatan Takalala dan sekitarnya.


‘’Pemugaran makam Sultan Aji Muhammad Idris di Sengkang dimaksudkan untuk memelihara warisan budaya. Ke depan, kami berharap dapat terjalin kerjasama pembangunan dan peningkatan ekonomi khususnya antara kedua daerah, Kutai dan Wajo,’’ kata Mas Panji Kelana saat memberi sambutan dalam acara peresmian. Sekretaris Kabupaten yang juga Sekretaris Kesultanan Kutai ini baru saja meluncurkan album pop Indonesia berjudul ‘Aku Bukan Dewa.’ ‘’Lagu-lagu persembahan sebagai tanda kecintaan dan kesetiaan terhadap isteri,’’ katanya, lalu tertawa.

Mahaji Noesa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar