Sumatra melahirkan ulama-ulama hebat nan mendunia. Biasanya, nama ahirnya selalu di ahiri dengan asal daerah dan madhabnya. Buya Hamka pernah di Tanya seputar madhabnya orang Indonesia, beliau menjawab:’’ madhabnya al-Syafii’’. Tidak aneh jika santri-santri asal nusantara yang belajar di kota suci Makkah dan Madinah kemudian mengembangkan madhab Imam Syafii di Indonesia. Seperti; KH.Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari, KH Sirajudin Abbas, Syeh Muhammad Yasin Al-Fadani (Makkah).
Salah satu tokoh dan ulama tenar dari pulau Sumatra ialah Abuya K.H. Sirajuddin ‘Abbas. Abuya merupakan panggilan khas ulama-ulama Sumatra. Beliau menulis buku 4 jilid seputar masalah-masalah fikih yang berkembang di masyarakat Indonesia, dengan madhab Al-Syafii. Syeh Sirajudin Abbas lahir di kampung (desa) Bengkawas, Kabupaten Agam Bukit Tinggi, Sumatera Barat, pada bulan Mei 1905 Masihi dari keturunan Syeikh ‘Abbas bin ‘Abdi Wahab bin ‘Abdul Hakim Ladanglawas (ayah), dan Ramalat binti Jai Bengkawas (ibu), kecamatan Banuhampu Sungai Puar Kabupaten Agam, Bukit Tinggi Sumatera Barat. Ada sederatan ulama Sumatra yang hebat yang mengharumkan Indonesia: Syeh Muhamamd Yasin al-Fadani, Sayed Muhsin Al-Masawi Al-Falambani, (Pendiri Madrasah Daru Ulum al-Diniyah), Syeh Abdul Kadir al-Madili (Mandailing), Syeh Abdul Fattah Rowah (Aceh). Mereka tidak hanya terkenal di Indoensia, tetapi dunia islam pada umumnya.
Yang akan saya tulis dan jelaskan ialah Syeh Sirajudin Abbas yang terkenal dengan karya-karya ilmiahnya. Sudah menjadi trasidi di kalangan ulama dan inteletual muslim, bahwa membaca dan mempelajari al-Qur’an itu di awali sejak usia dini. Ibnu sina, al-Ghozali, Ibnu Hazm, Ibnu Rusdi, Ibnu Kholdun, telah mengawali karier intelektualnya dengan menghafal al-Qur’an. Ini juga di lakukan oleh Syeh Sirajudi Abbas, sejak kecil sudah belajar membaca dan menulis huruf Al-Qur’an. Luar biasa, pertama kali yang mengajarkan ilmu baca dan tulis al-Qur’an ialah ibu sendiri. Sangat beruntung dijaman ini memiliki ibu yang bisa membaca al-Qur’an dengan baik dan mau mengajari putra-putrinya.
Kewajiban orang tua memang memberikan pendidikan yang cukup dan layak kepada putra-utrinya. Jika tidak mampu, harus mencarikan lembaga pendidikan yang baik dan layak, agar pertumbuhan intelektualnya terus bekermbang dengan lancar. Syeh Sirajudin Abbas melanjutkan pelajaran agama, seperti kitab-kitab klasik berbahsa Arab kepada Ayahandanya ‘’Syeh Abbas’’ sendiri. Selanjutnya, beliau belajar dilemabaga pendidikan pesantrenn yang di asuh oleh Syeh H. Husein Pekan Senayan Kabupaten Agam, Tuanku Imran Limbukan Payakumbuh Limapuluh Kota, Syeh Mhd. Zein dan Syeikh H. Qasim Simabur Batusangkar Tanah Datar, dan Syeh H. ‘Abd. Malik Ladanglawas Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Tahun 1927 s/d 1933 bermukim di Makkah Al-Mukarramah dan medalami ilmu agama di kota suci Makkah dan Madinah. Ulama asal Indonesia (nusantara) memiliki jaringan yang sangat kuat, hampir semua ulama asal nusantara mengajar di Masjidilharam dan sekaligus menjadi Imam. Santri-santri asal Sumatra banyak yang belajar kepada Syeh Muhammad Yasin al-Fadani al-Syafii, Syeh Nawawi al-Bantani, Syeh Abdul Kadir al-Madili, Syeh Arsad al-Banjari. Termasuk Syeh Sirajudin Abbas memiliki ikatan khusus dengan ulama-ulama Indonesia yang mengajar di Masjidilharam dan halakah-halakah di Makkah. Sedangkan beberapa ulama al-Makki (Makkah) antara lain:
1- Syeh Said Yamani Al-Syafii.
2- Syeh Husen Al-Hanafi.
3- Syeh ‘Ali Al-Maliki.
4- Syeh ‘Umar Hamdan Al-Maliki.
Yang mengagumkan dari Syeh Sirajudin Abbas ialah, beliau tidak hanya pandai memberikan ceramah, tetapi memiliki ketrampilan mengolah kata melalui jari jemarinya. Puluhan karya ilmiyah beliu tulis, baik menggunakan bahasa Arab, Indonesia, Inggris. Beberapa karya beliau yang berbahasa Arab antara lain:
1- Sirajul Munir, (fikih) 2jilid.
2- Bidayatul Balaghah (Bayan).
3- Khulasah Tarikh Islami (Sejarah Islam)
4- Ilmul Insya’, 1 jilid.
5- Sirajul Bayan fi Fihrasati Ayatil Quran, 1 jilid.
6- Ilmun Nafs, 1 jilid.
Dalam bahasa Indonesia, huruf Latin:1-
1- I’itiqad Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
2- 40 Masalah Agama, jilid I, II, III, dan IV.
3- Sejarah & Keagungan Mazhab Syafi’i.
4- Thabaqatus Syafi’iyah (Ulama’ Syafi’i dan kitab-kitabnya
dari abad ke abad).
5- Kitab Fikih Ringkas.
6- Sorotan atas terjemahan Quran oleh HB. Jassin.
7- Kumpulan Soal-Jawab Keagamaan.
Yang perlu digaris bawahi ialah, kemampuan beliau di dalam berkarya sangat luar biasa ditenggah-tenggah kekurangan alat-alat bantu. Jadi, tidak berlebihan kiranya jika Departemen pendidikan dan Budaya memberikan kewajiban kepada setiap calon lulusan s1-s3 untuk menulis karya ilmiyah. Apalagi semua alat bantu seperti; computer, note book, internet, perpuastakaan, jurnal sangat mudah di dapat. Sangat aneh, jika seorang mahasiswa, apalagi dosennya tidak memiliki karya ilmiyah. Sebuah pernyataan mulia yang bersumber dari Nabi Muhammad Saw:’’ sebaik-baik manusia ialah orang yang bisa memberikan manfaat bagi manusia’’. Dalam hal ini, Syeh Sirajudin Abbas telah mengukir sejarah, hidupnya benar-benar bermanfaat, semua karya ilmiyahnya bermanfaat dan akan menjadi bekal abadi perjalanan beliau menghadap Allah Swt.
Tarbawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar