Sebuah bangsa terdiri dari suku – suku yang bersatu dan menjadi keluarga besar yang bernama bangsa. Mereka disatukan dengan banyak hal yang menjadi tantangan, tanggung jawab dan musuh bersama.
Anak bangsa takkan mampu melewati masa – masa sulit dalam perjalanan kehidupan berbangsa, jika mereka tidak mengenal sejarah suku - suku, dan bangsanya. Tentang nenek moyangnya, ajarannya, ikatan moral, kepercayaan, nilai dan budaya yang membentuk karakter, sifat, kebudayaan yang menjaga mereka dari sistem kesukuan, sosial dalam peradaban.
Kerasnya kehidupan suku, dan lingkungan yang membentuk mereka adalah bagian dari terbentuknya watak dan sifat. Melahirkan aturan – aturan, norma – norma, kepercayaan dan kearifan lokal. Apakah itu bernama ajaran kebaikan atau pun yang bernama agama.
Sejarah bukanlah penjelasan sederhana mengenai sebuah peristiwa, kejadian, asal usul manusia, suku, peperangan, pertikaian dan pembunuhan. Ada banyak alasan dan kaitan yang berhubungan dengannya dan semuanya berhubungan satu sama lain. melihatnya dari salah satu satunya saja akan menghilangkan dan mengaburkan inti sejarah itu sendiri.
Sejarah lebih luas dari hanya sekedar sejarah itu sendiri. Tanpa penjelasan yang luas mengenai apa yang diceritakan, dituliskan melalui lembaran – lembaran lontar, kuburan, istana dan benteng – benteng. Sejarah akan mengalami kehilangan nilai dan kajian dari peristiwa itu sendiri. Karena dimensi sejarah adalah berbicara mengenai semua hal yang menjelaskan dari berbagai sudut pandang yang ada, seperti lingkaran kehidupan.
Tak seorang pun dapat memahami jalan sejarah jika ia meletakkan kepihakan membabi buta terhadap apa yang menganggu hatinya, berkaitan dengan apa yang diyakini, apa yang dipahami. Jika ia menjelaskan sejarah tanpa hati dan pikiran terbuka, jadilah sejarah hanya sebuah alat, alat untuk membenarkan yang salah dan membelokkan yang benar.
Sejarah hakikatnya tidakkan hilang, walau seribu usaha keji membelokkan kejadian yang benar, karena sejarah akan kembali terulang. Sejarah bisa saja di hapuskan, diganti atau diubah. Tapi suatu saat sejarah kembali lagi, kembali dalam bentuk sejatinya, yaitu peristiwa. Peristiwa bagian dari mengenal kembali sejarah. Ia akan disusun, ditulis dan ditelusuri kembali. Walau sejarah bisa disembunyikan, suatu saat ia akan kembali berbicara.
Banyak yang berbicara tentang sejarah, tak sedikit mereka berkomentar tentang sejarah, tapi hanya sedikit yang memahami sejarah sebagai sebuah ilmu yang lebih luas dari hanya sekedar penjelasan mengenai kejadian, waktu, tempat dan nama. Sejarah juga berbicara mengenai kegetiran, amuk masa, kepentingan strategis, pengaruh, agama, budaya dan juga kekuasaan. Apakah sejarah mampu menjelaskan semuanya? dan merangkai semua alasan dan sebab kejadian?.
Hidup berbangsa adalah hidup dalam perjalanan sejarah, sebagaimana nenek moyang hidup dalam kerukunan dan juga pertikaian. Sejarah juga berbicara tentang perebutan sumber – sumber kehidupan, tapi sejarah juga mengenalkan bagaimana kita berbagi sumber – sumber itu untuk kehidupan dan berkompromi dalam banyak hal.
Pribadi nenek moyang dapat dikenali dan dipelajari dari sejarah. Melihat kentalnya darah, asinnya keringat, kerelaan berkorban, tingginya cita – cita, kuatnya keinginan, kerasnya kemauan, sabar dalam penderitaan dan tabahnya dalam merangkai semua harapan, itulah energi yang tersimpan. Begitu juga dengan penghianatan, penghancuran, peperangan, pertikaian, konflik berkepanjangan. Karena sejarah seperti dua wajah yang berjalan kedepan dan juga kebelakangan.
Kita akan terus belajar sejarah, belajar tentang hati, pikiran dan jiwa nenek moyang. Belajar bagaimana kesalahan dan kebaikan, melihat sisi positif dalam setiap tindakan, dan berhati – hati dalam pertikaian akibat kurangnya pengetahuan dan pengalaman.
Sejarah adalah mengenal dan bagaimana menelusuri darah kehidupan, darah dari nenek moyang. Mencintai dan meletakkan dihati dan pikiran. Itulah sejarah … itulah nenek moyang. Harta yang paling berharga yang di tinggalkan, dalam setiap goresan peristiwa dan kejadian. Agar anak cucu – cucunya belajar dari kesalahan, dan keluar dari kebodohan, nenek moyang menulisnya dengan lembar – lembar peristiwa untuk pelajaran, untuk kita semua. Dan jangan biarkan sejarah berjalan dan tenggelam dalam kesunyian.
Plangnya aja ngga ke urus,
Arif godate
Tidak ada komentar:
Posting Komentar