Sejarah Apa yang Harus Aku Tulis Untuk Negeri Ini?

Sejarah adalah kisah yang didalamnya memuat tentang peradaban, perjuangan, peristiwa, politik, dan hal penting yang pernah dialami oleh bangsa-bangsa dimanapun berada. Kita tidak akan mengenal adanya perjuangan para pahlawan yang menentang kolonial Belanda, para penjajah Jepang ataupun Portugis tanpa ada pena yang terukir menjadi sebuah sejarah. Kita tidak akan mengetahui peristiwa Bandung lautan api, Arek-Arek Suroboyo tanpa adanya sejarah.

Dengan Sejarah pula kita mengenal para pemberontak pemerintah yang telah kita kenal dengan hari G 30 SPKI, kita tidak akan merayakan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 tanpa sejarah penting yang ada dibalik semua angka tersebut.


Lantas apakah yang terpenting dengan adanya sejarah ini? Apakah kita hanya sebagai seorang yang bisu akan sejarah? Dalam artian kita tidak menghargai sejarah? Ingat pesan Bung Karno melalui kata-kata yang terkenalnya “JASMERAH”. Kalau kita melupakan sejarah, secara tidak langsung kita tidak menghargai para pendiri bangsa Indonesia ini. Kita seakan-akan tidak ingin berkompromi dengan sejarah, oleh karena itu kita juga tidak pernah ingin belajar dari sejarah.

Ibnu Khaldun didalam bukunya Muqodimmah (2005:3) mengatakan bahwa Peristiwa-peristiwa itu (sejarah) mengajak kita untuk memahami ihwal makhluk, bagaimana situasi dan kondisi membentuk perubahan, bagaimana Negara-negara memperluas wilayahnya, dan bagaimana mereka memakmurkan bumi sehingga terdorong mengadakan perjalanan jauh, hingga ditelan waktu, lenyap dari panggung bumi.


Kutipan diatas menyiratkan betapa pentingnya sejarah sebagai guru kita diwaktu sekarang. Bukankah kita sering mendapati sebuah peribahasa yang menyatakan bahwa Pengalaman adalah guru yang terbaik? Yah sejarah janganlah dijadikan sebuah bingkai yang lusuh oleh waktu, pudar oleh keniscayaan.


Didalam sejarah kita bisa mengarungi betapa kerasnya para pejuang negeri ini melawan mereka-mereka yang dikenal baik oleh kita sebagai penjajah. Maka disaat itu pulalah kita harus menanam dan menghujamkan rasa perjuangan mereka –para pahlawan- didalam hati. Hal tersebut adalah satu sikap bentuk rasa hormat kita terhadap sejarah. Maka benarlah bila saya katakana sejarah adalah benteng pertahanan yang bisa kita tanamkan dengan cara mempelajari dan mengobservasinya.



Didalam sejarah kita, tercatat beberapa pemimpin yang menjadi pemimpin negeri ini berserta keberhasilan dan kegagalannya pada waktu itu. Maka pada saat itu pulalah kita harus membandingkan sekaligus belajar pada keadaan yang pernah terjadi sekarang ini –yang dipimpin oleh sang presiden SBY- dengan keadaan yang terjadi pada waktu presiden-presiden sebelumnya.




Sehingga didapatilah suatu perbedaan, atau mungkin sesuatu persamaan yang tengah terjadi sekarang dengan yang masa lalu. Dan hal itu akan terjadi apabila kita benar-benar menghargai masa lalu kita sebagai pelajaran penting. Bila kita tidak pernah belajar pada masa lalu, mungkin kita tidak akan pernah bisa belajar untuk menjadi lebih baik kedepannya atau bahkan kita akan bernasib sama dengan masa lalu yang suram. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan sejarawan asal Spanyol, George Santayana yang mengatakan bahwa “Mereka yang tidak mengenal masa lalunya, dikutuk untuk mengulanginya.”



Lebih lanjut seorang Winston Churchil berkata “Satu-satunya hal yang kita pelajari dari sejarah adalah bahwa kita tidak benar-benar belajar darinya.” Bila kita benar-benar belajar darinya mungkin kita akan mendapati sedikit rakyat kita akan terjangkit dari kemiskinan, mungkin kita akan mendapati koruptor yang berkurang, bahkan lenyap, apabila kita benar-benar belajar pada sejarah yang pernah terjadi di negeri ini.



Sejarah Apa Yang Harus Aku Tulis Untuk Negeri Ini



Betapapun buruknya pemerintahan, isu politik, kejadian penting, yang ada dinegeri ini semua adalah ikhtisar penting sejarah yang ada diabad ini, yang pada suatu saat nanti kita tulis untuk generasi selanjutnya. Sebagaimana Ibnu Khaldun didalam bukunya (Muqadimmah, 2011:53) pernah mengatakan bahwasanya sejarah adalah peristiwa-peristiwa khusus mengenai suatu zaman dan generasi. Pembicaraan umum tentang kondisi daerah, bangsa, dan zaman itu, merupakan dasar bagi para ahli sejarah.



Jelaslah barangkali dengan pernyataan Ibnu Khaldun diatas. Ketika kita bertanya: sejarah apa yang harus ditorehkan untuk negeri ini. Maka pemandangan-pemandangan yang terjadi pada bangsa, rakyat, para pemimpin serta keadaan Indonesia saat ini adalah bumbu-bumbu penting untuk para penulis sejarah untuk menorehkan kejadian penting yang suatu hari akan menjadi sebuah sejarah Indonesia.



Kita tidak harus malu untuk menuliskan keadaan politik saat ini yang notabennya banyak mengecewakan rakyat, kita tidak harus malu untuk menuliskan betapa banyaknya para koruptor yang semakin giat saja mencari uang rakyat di era pemerintahan SBY, kita tidak perlu malu untuk menuliskan banyaknya kerusuhan-kerusuhan yang terjadi baik itu antar suku, daerah, agama, tentara vs rakyat bahkan supporter bola, kita tidak harus malu untuk menuliskan betapa keadilan ini tidak berdaya pada orang yang berduit ketimbang rakyat yang tak berdaya, kita tidak harus malu untuk mengatakan bahwa industry music kita saat ini cenderung sama dengan aliran musik yang ada dikorea. Tulislah, tuliskan saja semuanya yang tengah terjadi dinegeri ini!!, jadikan hal itu sebagai sebuah pembelajaran penting untuk kedepannya.




Akan tetapi kita perlu waspada pada yang namanya kekuasaan. Karena kekuasaan biasanya selalu mendominasi sisi penting sebuah realita. Kata-kata bijak pernah kita temukan mengenai sejarah yakni “Sejarah ditulis oleh sang pemenang”. Hal ini menandakan bahwa sejarah tengah menjadi sebuah ladang bagi para penguasa untuk menorehkan keberhasilan mereka melalui pena sejarah. Namun mereka seringkali tidak adil pada realita nyata untuk menuliskan kisah sebenarnya yang terjadi yang menimpa rakyat. Oleh karena itulah sejarah yang baik adalah sejarah yang tidak pernah mengenal keberpihakan penulis pada penguasa.



“Seribu orang tua hanya dapat bermimpi, satu orang pemuda dapat mengubah dunia.” (Bung Karno)



Kalau bukan kita, maka siapa lagi yang akan menjadi penyambung pena peristiwa penting abad ini? Negeri ini negeri pemberian Allah Maha Mulia, tidak ada lain selain dia penguasa sebenarnya maha semesta alam. Janganlah takut untuk berbuat adil menuliskan sejarah untuk negeri ini. Betapapun memalukannya peristiwa-peristiwa dinegeri ini adalah sebagai sebuah hal penting yang suatu saat akan menjadi sebuah pembelajaran bagi generasi setelah kita.



Jadikan sebuah keadaan sekarang ini sebagai sejarah/kisah yang mampu meneguhkan hati-hati setiap pembaca. Tanggalkan kebohongan yang menutupi sebuah kenyataan, karena hal itu merusak sebuah sejarah sebagai jejak-jejak penting untuk generasi penerus bangsa mempelajari masa yang telah silam.



Semoga Allah Maha Mulia selalu menyertai kita semua, karena dialah pemberi kisah-kisah yang nyata bagi kita. Tiada kebohongan yang Nampak dari Allah Semesta Alam, Dialah maha pemberi kisah yang nyata sebagai sebuah peringatan bagi kita.


Jadikanlah semua sejarah benar adanya, sesuai dengan kisah nyatanya, berpangkal pada akar yang kokoh, dan terpercaya, biar tak goyah meski badai selalu menghujamnya. (Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit) QS : 14/24




Buatlah sejarah itu sebagai pengingat untuk generasi setelah kita, sebagai suatu pembelajaran untuk bisa menjadi lebih baik. (pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat). QS : 14/25



Jangan biarkan sejarah itu terlalu dibiarkan ditulis para penguasa yang dhalim, karena biasanya mereka selalu tidak adil untuk berbicara kenyataan yang ada. Sejarah tersebut sudah jauh tercabut dari kebenaran yang menjadi unsur penting sebuah sejarah. (Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun) QS : 14/26


Refferensi:Khaldun, Ibnu. (2011). Muqadimmah: terjemahan Ahmadie Thoha. Jakarta: Pustaka Firdaus.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah

http://id.wikiquote.org/wiki/Soekarno
Muhammad Zakii Al-aziz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar