Suka duka mereka jalani di saat masa-masa rakyat Indonesia dalam cengraman penjajah Belanda. Bung Karno tampil sebagai sosok panutan, idola mampu membakar semangat rakyat untuk bisa merdeka dari belenggu penjajahan. Meski risiko yang dihadapi Bung Karno adalah ancamanm teror dan kematian namun sang pemimpin fajar ini terus berjuang tak mengenal putus asa. Pemberi inpsirasi dan semangat yang bergelora adalah sosok perempuan yang telah menggetarkan jiwanya, tidak lain adalah Inggit Garnasih.
Namun sejarah mencatat, akhirnya Inggit dan Soekarno harus berpisah karena msalah rumah tangga. Selama beberapa tahun berumah tangga, Inggit tidak dikarunia anak, sehingga dia menyadari kalau Bung Karno mencari wanita idaman lain, dan ternyata Bung Karno jatuh hati kepada sosok wanita yang bernama Fatmawati saat dia dibuang di Bengkulu. Kisah cinta pun merangkai antara kedua pasangan yang sama-sama saling jatuh cinta.
Sementara Inggit harus mengelus dada ditinggal laki-laki yang telah memberinya semangat dan membangkitkan rakyat untuk merdeka. Inggit akhirnya harus merelakan Bung Karno mencintai wanita yang pernah bersama-sama dengannya. Inggit pun kembali ke Bandung dan hidup di rumah yang sangat sederhana. Di tempat itulah, Dia tidak ingin menjadi seorang yang selalu mengemis. “Saya tidak mau meminta-minta kepada orang lain, saya ingin berbuat yang terbaik,” tutur Inggit yang selama berada di Jl. Ciataeul rajin membuat bedak kecantikan dan berbagai olahan lain.
Saat usianya semakin tua dan mencapai 90 tahun, suatu hari rumah Inggit kedatangan Fatmawati, Guruh Soekarno, dan Fatmawati. Imnggit sedang terbaring sakit, namun ketika datang Fatmawati segera saja dia berdiri dan keduanya saling berpelukan dan menangis, bagaimana pun mereka adalah dua wanita yang mencintai satu lelaki pemimpin negara yang sudah tidak ada lagi di dunia.
Pertemuan itu begitu mengharukan dan banyak yang meneteskan air mata. Ketika dianyata wartawan, bagaimana perasaan Inggit. Dia berkata ‘”Dari dulu juga saya mencintai Fatmawati, sampai sekarang karena kami pernah hidup bersama-sama….”ujar Inggit dengan air mata menetes di pipinya.
Kini keduanya sebagai pedamping pemimpin besar revolusi Soekarno sudah tidak, namun Inggit dan Fatmawati telah memberi pelajaran yang sangat berharga dalam hidup ini : Jadilah wanita tegar…setegar karang di tengah lautan yang diterjang ombak namun tetap bertahan…..
Kuswari Miharja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar