Kapak batu diperkirakan berusia sekitar 1,76 juta tahun telah ditemukan di Kenya. Kapak batu ini selisih 350.000 tahun lebih tua daripada sejumlah peralatan purba lainnya yang pernah ditemukan, menurut sebuah artikel yang diterbitkan “Nature” pada 31 Agustus lalu.
Peralatan kuno yang ditemukan pada lapisan sedimen yang sama, seperti beberapa alat pemotong primitif, telah digunakan oleh manusia setidaknya sejak 1 juta tahun silam. Kapak tertua itu ditemukan di tepi Danau Turkana oleh ahli geologi dari Columbia University, New York, Christopher Lepre, bersama timnya.
Peralatan batu tersebut mencapai panjang hingga 20 cm dan berbentuk tajam pada kedua sisi. Mereka diperkirakan digunakan untuk memotong daging dan sumsum tulang dari bangkai hewan, seperti rusa dan gajah. Sebelumnya, alat-alat batu tertua yang ditemukan berasal dari Ethiopia, yang diperkirakan berusia sekitar 1,4 juta tahun dan di India yang berusia antara 1 - 1,5 juta tahun.
Kapak batu Kenya tampak berbentuk khas Acheulian, yakni alat batu berbentuk oval yang ditemukan di berbagai daerah di Eropa, Asia, dan Afrika.Namun, alat yang lebih primitif turut ditemukan, yakni potongan batu dengan tepian pecah kasar, dan tampaknya merupakan alat milik kelompok Oldowan, yang dikenal sebagai industri alat batu yang paling awal dalam prasejarah sebelum munculnya teknologi Acheulian.
Para ilmuwan menunjukkan bahwa dua jenis manusia purba dengan teknik pembuatan alat yang berbeda, mungkin hidup bersama di daerah tersebut pada waktu itu.
Peralatan Acheulian sering dikaitkan dengan Homo erectus, yakni jenis manusia purba yang diyakini berasal dari Afrika.
Lepre dan timnya mengatakan bahwa kapak batu ini mungkin telah dibuat oleh manusia Homo erectus, sedangkan peralatan Oldowan kemungkinan dibuat oleh Homo habilis, manusia purba awal yang kemampuannya lebih terbatas.
Menurut Briana Pobiner, kemungkinan juga kedua jenis peralatan ini dibuat hanya oleh satu jenis manusia purba.
“Kedua jenis peralatan ini mungkin saja dibuat oleh satu jenis manusia purba saja, yang disesuaikan dengan bahan baku yang tersedia dan fungsi alat tersebut bagi kehidupan mereka,” ujar antropolog Briana Pobiner, seperti dikutip Nature.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar